Indonesia telah melewati separuh perjalananya
sebagai sebuah bangsa yang merdeka. Secara biologis, usianya akan menginjak 66
tahun sampai saat ini. Namun kita perlu mengingat apa yang pernah disampaikan
oleh Bung Hatta, bahwa bangsa Indonesia memang telah berhasil mencapai cita –
cita revolusinya tetapi Indonesia belum mencapai cita – cita sosialnya.
Kemiskinan, kelaparan, kebodohan dan
permasalahan sosial lainya masih menjadi
potret buram kondisi Indonesia. Kekayaan sumber daya alam yang melimpah bak
fatamorgana ditengah padang pasir ketika berhadapan dengan kondisi Indonesia hari
ini. Indonesia, yang oleh Multatuli di ibaratkan sebagai jamrud khatulistiwa
tidak mampu memberikan kesejahteraan bagi jutaan penduduknya.
Indonesia, negeri
yang dikenal dengan kekayaan baharinya dan ketangguhan nelayanya tidak mampu
mensejahterakan para nelayanya. Indonesia, yang tanahnya oleh Koes Plus dipuji
sedemikian rupa hingga tongkat, kayu dan batu jadi tanaman tidak mampu
mensejahterakan petaninya. Indonesia hari ini, adalah amanah yang harus kita
pertanggung jawabkan pada generasi yang akan datang.
Kita tentu merindukaan kejayaan Indonesia yang
saudagarnya melanglang buana hingga ke jazirah arab dan nelayanya mengarungi
samudera sedemikian jauhnya. Merindukan nama Indonesia yang pernah dikenang
sebagai negara yang tangguh, yang memimpin bangsa Asia dan Afrika menggapai
kedaulatanya. Merindukan kejayaan dengan berjuta sumberdaya alam dan sumber
daya manusianya.
MENGAPA
PEMUDA?
”Berikan padaku sepuluh pemuda, dan akan ku guncang
dunia” (Soekarno). Pendar optimisme Soekarno dalam pernyataan diatas masih
terngiang dalam benak kita. Menekankan betapa figur pemuda merupakan pilar bagi
sebuah bangsa dalam pandangan seorang pemimpin. Ia adalah sekelompok manusia
yang menjadi cerminan eksistensi sebuah bangsa. Bukan cuma Soekarno yang
menaruh perhatian pada pemuda, setiap pemimpin sejati pasti memberikan
perhatian besar pada para pemudanya.
Pemuda adalah titik tolak. Ia sangat menentukan jauh
dekatnya sebuah kemajuan. Apakah kemajuan dalam skala indivisu maupun dalam
skala bangsa. Dalam diri pemuda berhimpun seluruh momentum kejayaan. Momentum
kejayaan fisik, kejayaan intelektual dan momentum kejayaan idealisme. Dan
momentum dalam banyak kejadian tidak pernah berulang untuk kedua kalinya
Masa lalu adalah momentum terjauh dalam kehidupan
kita karena ia tidak pernah kembali. Masa depan adalah momentum terjauh dalam
kehidupan kita karena kita tidak pernah tahu apakah ia akan kita lewati. Masa
kini itulah sebenar – benarnya momentum. Pemuda terbaik adalah mereka yang
mampu memanfaatkan momentum masa kini. Mereka yang mampu mengolah momentum
kejayaanya menjadi ledakan – ledakan prestasi.
Menyalakan lilin tentu jauh lebih bermakna daripada
mencela kegelapan. Merekayasa momentum – momentum kejayaan yang terpendam dalam
diri pemuda menjadi ledakan – ledakan prestasi tentu jauh lebih bermakna
daripada kita terus mengeluh dan malu terlahir sebagai bangsa Indonesia.
Sejarah telah menunjukkan bahwa generasi muda
senantiasa memegang peranan penting dalam setiap perubahan kehidupan berbangsa
dan bernegara ini. Bagaimana peran seokarno, hatta, dan natsir dalam perjuangan
kemerdekaan bangsa indonesia. kita juga tidak lupa romantika perjuangan
generasi’66 yang mengharu biru proses transisi dari orde lama menuju orde
baru, begitu pula dengan generasi 89
yang membawa ke dalam era reformasi.
Yang menjadi
pertayaan besar adalah bagaimana peran dari generasi muda saat ini untuk
memajukkan bangsa Indonesia atau mengeluarkan bangsa ini dari keterpurkan??atau
masih adakah rasa memiliki bangsa ini sebagai bangsa yang dianugerahi berbagai
kelebihan daripada bangsa lain. Jika masih ada kepedulian dari para pemuda saat
ini mari bergabung dengan kami sebagai generasi pemuda yang peduli akan nasib
bangsa.
“BERSATULAH PEMUDA
PEMUDI INDONESIA”