Akhir – akhir ini sering kali kita mendengar kata pendidikan
berkarakter, Munculnya gagasan pendidikan karakter dalam dunia
pendidikan di Indonesia bisa dimaklumi sebab selama ini dirasakan,
proses pendidikan ternyata belum berhasil membangun manusia Indonesia
yang berkarakter. Bahkan, banyak yang menyebut pendidikan telah gagal
membangun karakter. Banyak lulusan sekolah dan sarjana yang piawai dalam
menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mentalnya lemah, penakut,
dan perilakunya tidak terpuji.
Makin merosotnya moral masyakat dapat dilihat Mulai dari pemerintah
sampai masyarakat bawah sudah tidak lagi mengenal moral lagi, ini dapat
dilihat dari maraknya kasus korupsi yang menggurita hingga tiap hari ada
saja pemberitaan mengenai korupsi baik dari pemerintahan pusat sampai
ke pemerintahan daerah. Selain kasus korupsi masih ada kasus lain yang
tidak kalah buruknya yaitu mencontek massal dalam ujian nasional, serta
kasus lain yang menandakan kehancuran moral bangsa ini.
Prof. Suyanto. Ph.D., selaku Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Kemendiknas RI, dalam makalahnya yang disajikan di Seminar Nasional
Membangun Generasi Masa Depan Melalui Pendidikan Karakter, Universitas
Muhammadiyah Surakarta , 18 Mei 2011 menyebutkan definisi karakter,
yaitu
perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai berdasarkan norma
agama, kebudayaan, hukum atau konstitusi, adat istiadat, dan estetika.
Faktor penyebab lemahnya pendidikan karakter
Dalam UU sisdiknas pasal 3 berbunyi : pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Tapi dalam keyataan yang kita rasakan bahwa masih
jauh panggang dari bara api, UU
hanya menjadi hiasan konstitusi dan tidak ada implemntasi yang jelas
dari UU tersebut. Menurut penulis minimal ada 2 faktor yang menyebab
lemahnya implementasi pendidikan karakter yaitu, Sistem pendidikan yang
kita sedang anut sekarang dan kondisi sosial yang kurang mendukung
pembangunan karakter yang baik.
Dari segi sistem pendidikan di indonesia maka yang terlintas dalam
benak kita adalah bagaimana mahasiswa atau pelajar hanya ditekankan pada
mendapatkan nilai yang tinggi tanpa mempedulikan bagaimana cara
mendapatkan nilai tersebut. Salah satu Indikasi dengan adanya sistem
pendidikan tersebut adalah menjamurnya lembaga bimbingan belajar ,
lembaga bimbingan belajar menjadi pilihan dikarenakan pendidikan yang
disekolah dirasakan tidak mampu menggenjot nilai hasil kelulusan siswa
yang makin meningkat.
Di bimbel, siswa dijejali dengan soal-soal. Hakikat belajar
dibelokkan menjadi kemampuan menjawab soal. Nilai tambah bimbel
dibanding sekolah adalah ketersediannya memberikan rumus-rumus praktis
pelajaran.
Dari segi kondisi sosial dapat kita lihat makin maraknya budaya
hedonism
menjangkiti para pemuda kita, selain hedonisme juga tidak ada panutan
yang dapat dicontoh tekhusus dalam bidang politik dinegeri ini, karena
praktek politik di negeri kita hanya akan bermuara pada praktek korupsi
dan mengejar kekuasaan serta meninggalkan amanah yang telah diberikan
rakyat kepada para wakil rakyat, dan banyak penyakit sosial lainnya.
Bagaimanakah peran pemuda ??
Saya teringat kata-kata bung karno yang menggugah “Beri aku seribu
orang, dan dengan mereka aku akan menggerakkan Gunung Semeru! Beri aku
sepuluh pemuda yang membara cintanya kepada Tanah Air, dan aku akan
mengguncang dunia!!Mengapa seorang Bung Karno mengatakan hal seperti
itu? Apa yang menyebabkan pemuda begitu hebat di mata seorang pemimpin
besar seperti Bung Karno?
Pemuda merupakan pilar kebangkitan umat/bangsa. Dalam setiap
kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah,
pemuda adalah pengibar panji-panjinya. Ada dua hal yang menonjol pada
diri pemuda dalam sebuah gerakan. Pertama, kedudukannya sebagai basis
operasional dan kedua, perannya dalam proses kaderisasi.
Kekuatan dan kesemangatan membuat pemuda menjadi sangat cocok bagi
peran operasional yang membutuhkan energi besar. Sedangkan kepolosannya
memudahkan para penggerak untuk menanamkan nilai-nilai yang akan
memotivasi aktivitas gerakan. Potensi kepemudaan ini sangat dihargai
disemua lini kehidupan terlebih menurut islam. Arahan bagi para pemuda
untuk menyalurkan potensinya kepada kebaikan yang sejati.
Sejarah telah menunjukan bahwa generasi muda senantiasa memegang
peranan penting dalam perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara ini.
Bagaimana peran seokarno, hatta, dan natsir dalam perjuangan kemerdekaan
bangsa indonesia. Kita juga tidak lupa romantika perjuangan
generasi’66 yang mengharu biru proses transisi dari orde lama menuju
orde baru, dan sejarah pun terulang , soeharto penguasa terlama negeri
ini pun ditumbangkan oleh pemuda, terutama mahasiswa generasi’98.
Dalam mengimplementasikan pendidikan karakter yang dapat dilakukan
pemuda adalah mengikuti atau membentuk organisasi yang sejatinya
membentuk karakter para pemuda dalam organisasi tersebut dan dapat
mewujudkan karakter tersebut dalam kehidupan sehari – hari. Selain
untuk aktualisasi potensi dengan organisasi juga bisa sebagai tempat
pembelajaran menjadi pemimpin karena pemuda merupakan pengganti para
orang tua yang sekarang memimpin bangsa ini. Sebagaimana mereka yang
memimpin bangsa saat ini, mereka adalah pemuda angkatan ’66 yang
perjuangan sangat heroik.
Dengan organisasi tersebut para pemuda dapat melakukan aksi yang
menyangkut dengan pendidikan karakter seperti : mengkampanyekan jujur
ujian nasional dengan memberikan pita hitam pada siswa yang mengikuti
Ujian Nasional ( UN ) atau dapat bekerjasama dengan instasi yang
mengurusi pendidikan dan pemuda, seperti ; dinas pendidikan atau
departeman pemuda dan olahraga.
Karena sejatinya pendidikan karekter itu di mulai dari diri sendiri
dan dilakukan semua olleh semua elemen bangsa ini. Dan pemuda adalah
salah satu elemen penggerak dalam mewujudkan pendidikan berkarakter
tetapi tanpa da bantuan daris semua pihak baik itu keluarga maupun
pemerintah selaku pembuat kebijkkan maka wacana pendidikan berkarakter
hanya akan menjadi sloganitas yang kosong dan implemntasi tanpa makna.