Bangunan Tua di pertigaan Purwosari, kota solo kini menjadi senter pembicaran masyarakat solo, karena pemerintah provinsi ingin menggantikan bangunan lama tersebut dengan bangunan yang lebih baik , yaitu mall. Bangunan tua tersebut adalah Pabrik es sripetojo yang menjadi kontroversi di tengah – tengah masyrakat Surakarta terutama, walikota solo jokowi dan gubernur provinsi jawa tengah, bibit waluyo.
Secara history bangunan pabrik es saripetojo memiliki nilai budaya yang tinggi , karena dengan adanya bangunan tersebut masyarakat jawa dapat mengenal es batu dan mengetahui cara orang belanda untuk beradaptasi dengan Negara yang beriklim tropis. pabrik yang berada di Surakarta sendiri merupakan salah satu pabrik es yang berdiri selain di Batavia karena pada saat itu Surakarta merupakan kota yang multiras. Kondisi multiras inilah yang menarik para tamu dari luar negeri untuk mengunjungi solo dan menetap, hal ini sesuai dengan yang termuat dalam harisan salopos ( 27/06).
Namun nilai history itu sendiri kelihatan agak luntur oleh masyarakat surakarta sendiri, hal itu dapat terlihat dari bangunan tersebut telah hancur separuh. Dan tidak hanya pabrik es saripetejo yang mengalami nasib kurang beruntung tapi bangunan cagar budaya lain yang lainnya mengalami nasib serupa, misalnya benteng vastenburg yang kondisinya lusuh, gelap seprti gedung angker dan bangunan. Lainnya, Tapi walaupun begitu bukan berarti itu manjadi pembenar untuk menggantikan bangunan bersejarah tersebut dengan mall yang sebenarnya mempunyai banyak dampak, baik itu dari segi ekonomi maupun budaya serta lingkungan.
Dari segi ekonomi , dangan berdirinya mall tersebut akan mematikan potensi – potensi pasar tradisonal, seperti pasar jongke dan pasar tradisional lainnya, padahal sejak awal pengangkatan jokowi menjadi walikota solo program yang digalkkan adalah program yang pro – rakyat. Salah satunya program pro – rakyat yang ditunjukkan oleh jokowi adalah revitalisasi beberapa pasar tradisonal dan penertiban PKL yang tidak rusuh seperti daerah – daerah lainnya.
Dari segi budaya, mall itu sebenaranya mencerminkan gaya hidup hedonis dan dapat menghilangkan karakter orang – orang jawa yaitu peramah dan gotong royong. Akan lebih banyak hilang budaya yang di masyarakat jawa jika mall tersebut dibangun, misalnya budaya saling sapa, kalau di pasar tradisional kita sering menyapa pelanggan dengan anggapan mereka keluarga dan dengan bahasa yang santun ( biasanya menggunakan bahasa jawa kromo ) beda dengan di mall kita hanya dianggap konsumen yang hanya membutuhkan barang tanpa harus memperlakukan seharusnya konsumen.
Dan dari segi lingkungan, lokasi pendirian mall tersebut memang merupakan lokasi yang sangat strategis, penelian tersebut memang memiliki dasar yang kuat, itu terbukti dari lokasi yang lalu lintas padat dikarenakan lokasi merupakan lokasi pertemuan arus antara kabupaten - kota, kenaikkan harga tanah dan meningkatnya kebutuhan air minum. Belum lagi nanti akan memakan badan jalan jika pembuatan ruang parkir yang kurang besar, seperti lokasi SGM ( solo grand mall ).
Dan diperlukan kajian yang mendalam dalam pembangunan mall di pabrik es saripetejo, dan gubernur jateng sebenarnya apa yang dibutuhkan oleh masyarakat solo dan tidak hanya mementigkan kepentingan pribadi tapi melupakan kepentingan rakyat banya.
Jikalaupun nanti bangunan tersebut dihancurkan karena bentuk bangunan sekarang yang hanya tinggal setengah bangunan, harapannya jangan sampai menghilangkan slogan solo “ spirit of java “ yang berarti kota solo merupakan reprensantatif dari jawa. Dan kita juga masih ingat dengan slogan pada waktu HUT kota solo ke- 265 februari lalu “ solo past is solo future “, yang memiliki arti kota solo menyajikan suasana kota teompo doloe pada jaman sekarang. seperti yang dilakukan walikota solo dalam pembangunan kota solo yang mencontoh perkembangan di jepang, yaitu memodernkan tekhnologi tetapi tidak meninggalkan budaya asli.