Oleh : Budi Ribut Seniman
(
catatan derita anak kost atas dampak psikologi naiknya BBM )
Beberapa waktu lalu
kita di sibukkan dengan berita naikknya BBM dari harga Rp. 4.500 menjadi Rp.
6.000 atau naik sekitar Rp. 1.500/liter. Alasan pemerintah menaikkan BBM yaitu
beban yang di tanggung APBN terlalu besar dan akan berdampak inflasi yang
besar, cadangan minyak kita semakin menipis, dan naiknya harga minyak dunia.
Walaupun dalam rapat
paripurna DPR beberapa hari lalu menghasilkan kesepakatan untuk menunda naiknya
BBM dengan menambahan pasal bayangan. Keputusan dari pasal 7 ayat 6a yaitu
menaikkan harga minyak dalam waktu 6 bulan jika ICP mencapai 15 %.
Dengan berbagai
pertimbangan tersebut, pemerintah menaikkan harga BBM, walaupun banyak yang
mengatakan bahwa di balik pasal tersebut banyak unsur politis yang bermain,
salah satunya diduga kuat pasal tersebut merupakan barter pimpinan partai
GOLKAR dengan lapindonya.
Memang dunia
perpolitikan di Indonesia sangat rumit untuk dimengerti ada – ada saja masalah
baru yang timbul padahal satu kasus belum selesai sudah ada kasus berikutnya
yang muncul. ( tapi sampai jangan Apastis masalah politik, kita juga bias
belajar trick – trick mereka untuk kebaikkan, kayak si pitung..hehe ).
Nah kali ini saya tidak
akan bercerita jauh mengenai unsur politis atau naiknya BBM karena itu sudah
banyak di bahas di berbagai media baik media massa maupun media cetak. Yang mau
saya bahas adalah dampak psikologi kenaikkan BBM terhadap pertumbuhan ekonomi
anak kost, seperti saya ini.
Galau
dan ekonomi mahasiswa
Kata galau akhir –
akhri ini juga banyak muncul dikalangan anak muda, mirip masalah naiknya BBM.
Nah kita bahas dulu pengertian galau, galau sendiri memiliki banyak versi dan
pengertian yang berbeda – beda. Akan tetapi pada intinya galau adalah sebuah
perasaan tidak enak yang ada pada pikiran karena kita bingung, entah karena
masalah cinta atau masalah lainnya yang memaksa kita untuk memilih sesuatu
sehingga membuat kita bingung dan membuat emosi kita jadi labil.
Dalam bahasaa sederhana,
menurut saya galau adalah bingung untuk menetukan keputusan mana yang akan di
ambil atu dalam konteks pembahasan kali ini adalah bagaimana menggunakan
pendapatan dengan naiknya beberapa kebutuhan pokok sehingga tidak terjadi
defisit atau inflasi besar – besaran.
Beberapa dampak dari naikknya BBM terhadap anak kost. pertama, naiknya harga kebutuhan pokok
yang makin membuat mahasiswa harus semakin hemat dan menggunakan financialnya secara tepat. Inilah
kehebatan Indonesia, padahal BBM baru akan naik beberapa bulan ke depan tapi
efeknya sudah mulai terasa.
Contoh sederhanya, di
warung tempat saya biasa beli makan ternyata dalam dua minggu sebelum isu
dan setelah rapat penentuan naikknya
BBM, ni warung sudah menaikkan harga makannya sebesar Rp. 500,- yang sebelumnya
nasi sayur + telur hanya Rp. 4.000 menjadi Rp.4.500, belum lagi yang lainnya
seperti pisang yang semula Rp. 1.000 menjadi Rp. 1.5000.
Kedua,
semakin sulitnya beraktifitas dengan kendaraan bagi aktifis maupun bukan
aktifis. Jika aktifis harus ke sana – sini untuk melaksanakan tugasnya,
kini mulai berfikir uang bulanan karena uang bulanan tidak naik sedangkan
harga BBM naik dan harga kebutuhan pangan juga naik.
Bagi yang tidak
aktifis, jalan – jalan naik kendaraan bermotor juga akan terkurangi karena
mulai berfikir untuk hemat kecuali anak orang kaya. Selain jalan – jalan
menjadi dikurangi juga dalam hal traktir
makan – makan bagi yang ulang tahun, sudah harga BBM naik, harga makanan
naik tapi uang bulanan tidak naik.
Itulah kira – kira bayangan
jika BBM benar – benar di naikkan, maka kita harus siap melakukan pengencangan
ikat pinggang kita. Bagi yang suka berdandan maka hati – hati siapa tahu harga
komestik mengalami peningkatan, bagi yang suka main game Oline harganya juga
akan naik, dan yang lainnya juga
Nah
dari itu saya mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menolak kenaikkan BBM
demi terjaganya stabilitas perekonomian menuju anak kost yang makmur, adil dan
sejahtera.