…ku memohon jangan ambil penglihatanku, hitam kelam, hanya gelap yang
akan bertandang, untuk yang kesekian kali. Beri kesempatan lagi, masih ingin
aku melihat kebesaranmu,Allah jangan ambil penglihatanku..
Tazzaka-jangan ambil
penglihatanku-
Sore itu hujan deras
sekali membahasi bumi yang gersang karena terik panas matahari. Dan seperti
biasanya ketika mengotak – atik laptop, music tidak boleh ketinggal untuk
didengarkan, untuk mengurangi rasa bosan maka music dimainkan secara acak. Eh
tiba –tiba lagu tazakka itu terputar di winamp saya.
Hujan yang turun
membahasi bumi, menantarjan saya kepada lamunan seseorang yang paling sering
atau sangat suka dengan lagu ini. Setiap kali bertemu dan setiap kali nasyid
yang diputar maka nasyid ini tidak pernah ketinggal. Akh adi wardhani ketua
mentoring fakultass ekonomi yang selalu dipenuhi semangat dalam berbagai
aktivitas itulah gambaran sekilas mengenai dirinya.
Walaupun sekarang
beliau sudah di Jakarta dan sudah memiliki keluarga, tetapi setiap mendengarkan
lagu tersebut saya selalu teringat
beliau. Aneh tapi nyata tapi begitu terasa kenangan bersama setiap lagu ini di
lantunkan.
Saat beliau menjadi
ketua mentoring saya masih menjadi staff kaderisasi yang tidak tau apa2 tapi
beliau selalu semangat untuk membimbing dan ketika di sekre tidak ada orang
maka beliau juga yang berada disana.
Yang membuat terkesan
tidak hanya semangat dalam berbagai aktivitas tetapi juga dalam bercerita atau
memberikan motivasi disertai dengan gaya santai yang khas. Pernah saat itu kita
( akh Adi, Jaenal dan saya ) terjebak di sekre mentoring karena hujan dan tidak
bias pulang ke kost.
Beberapa saat sebelum
kami berkumpul di sekre beliau dari Islamic Bookfair, dan membeli sebuah novel
karya Habiburraham El-Shirazy. Dan beliau langsung menceritakan kisah dalam
novel tersebut setelah beliau sekilas membacanya.
Entah apa yang saya
rasakan tapi ketika beliau bercerita mengenai isi novel tersebut, rasanya saya
mengalami kejadian tersebut dan rasanya ingin menangis serta ingin meminjam
novel tersebut ( kebiasan anak kost….hehe ).
Masih banyak cerita
mengenai beliau, bagaimana kami melaksanakan seminar hanya dengan bebrapa
gelintir orang padahal acara tersebut untuk satu fakultas yang dihadiri ± 500
peserta, tapi lagi – lagi beliau tidak melihatkan keluh kesahnya. Padahal
beliau paling banyak mondar – madir untuk mengurus beberapa urusan, sampai –
sampai ikut mengantar kursi pinjaman dengan menggunakan sepeda motor.
jika teringat masa –
masa itu membuat kembali bersamangat dan menjauhkan diri dari maksiat mata.
Terima kasih ya Allah sudah dipertemukan dengan orang seperti beliau semoga
kami dipertemukan kembali dengan berada di puncak masing – masing cita kami.