Siang itu saya mengantarkan speaker ke tempat
perbaikan laptop sebenernya sih, tapi
setelah ditanya – Tanya ternayat bias juga memperbaiki speaker. Jadi
perasaan gembira karena speaker akan jadi seperti semula. Tapi sebelum membahas
lebih jauh, saya sampaikan bahwa speaker itu teman akrab saya ketika menghadap
laptop, teman disaat stress dengan tugas dan dengan kehidupan, menyemangati
saat kacau dsb.
Jadi seperti itulah
gambaran mengenai speaker saya, karena sejak SMA saya sudah senang dengan suarau
music keras, membuat mata tidak megantuk dan memberikan sensai sendiri. Kalau
saya analogikan Seperti suami istri gitu, bangun pagi udah disiapkan sarapan,
baju sudah distrika, dan ada kopi yang siap dihirup ( nyambung g ya
analoginya…hehe ).
Jadi bisa dibayangkan
kebiasaan bangun pagi dengan memutar music dan suaranya keras, tapi selama di
antar suaranya hanya ada suara kecil dari laptop saja. Jadi pakai analogi tadi,
hanya ada yang memebuat kopi tapi belum ada yang buat sarapan dan mempersiapkan
baju untuk kerja,,hiks ( T - T ). Mengantar speaker sebenernya bukan keinginan,
tapi karena juga akhir – akhir ini agak bandel ini speaker akhirnya tak
perabaiki aja.
Waktupun berlalu, hari
rabu tak hampiri tu took tapi ternayata belum juga diperbaiki, alasannya sih
pegawai yang tugasnya memperbaiki speaker belum masuk ( ni petugas atau bos ,
kok g masuk kerja ya..?? ), ya udah karena memang dasar saya orangnya lapang
dada tak biarkan aja. Walaupun sebenarnya agak kecewa gitu karena makin sepi
aja, selain kost sedikit orang juga g ada suara yang member semnagat.
Setelah pulang ke kost
akhirnya tak ambil keputusan hari senin aja speakernya ( membayangkan makin
lama g bertemu makin besar rindunya dan disaat pertemuan adalah saat yang
berharga ). Tapi apa mau dikata, hari senin pagi tak ambil ternyata belum jadi
juga tapi masih bias ditahan ni, soalnya udah janji sore akan jadi speaker
saya.
Eh malah sorenya
ketuiduran sampai jam 20.00 tapi Alhamdulillah masih bangun dan belum mandi
segera bergegas ke toko tersebut untuk mengambil speaker dengan perasaan
bahagia ( kalau analogi suami istri, ibarat istri baru dating dari tempat jauh
dan lama pula datngnya, akhirnya baru bias datang, bayangkan bagaimana rasa
bahagianya..??bayangkan sendiri ya..^-^ ).
Hati yang cerah tiba –
tiba berubah menjadi gelap gulita, karena dengar kabar istri tidak bias datang
kok jadi istri kan tadi speaker ,,,ups salah,
speakernya tidak bisa diperbaiki. Langsung aja speaker itu tak ambil dan
dengan muka manis ucapkan salam dan pulang ke kost dengan menahan mulut untuk
tidak bicara yang tidak perlu. Dalam hati ini mengatakan coba kalau dari
kemaren tidak bisa ya dibilang aja g bisa, eh ini udah janji tapi kok g
ditepati.
Sembari menahan kecewa,
dalam perjalanan jadi teringat bapak dan ibu yang dirumah, bagaimana kecewanya
mereka setelah banyak uang dihabiskan dan target sudah dibuat tapi tiba – tiba
anak yang diharapkan juga tidak kunjung lulus.
Saya yang hanya gara –
gara speaker seperti itu ingin marahnya, bagaimana dengan orang tua yang lebih
besar dari sekedar speaker. Padahal orang tua pengorbanan lebih kersa lagi,
bagaimana mereka hanya tidur sebentar, makan seadanya, kerja lembur hanya demi
anak yang menuntut ilmu dan tidak mau anaknya sampai kelaparan di tempat yang
jauh.
Ah baru tau rasanya
pedih diingkari janji dengan bualan belaka tapi tidak ada aksi nyata untuk
berbuat. Semoga kekecewaan ini menjadi pelecut saya untuk menjadi lebih baik
dalam melangkah ke depan, walaupun saya orang yang bertipe mudah lupa.