Pendidikan adalah cermin kemajuan suatu bangsa terhadpa bangsa lainnya. Jika di swiss hanya menjadi penjaga perpustakaan dapat sekolah hingga s3, jika di china siswa SMK berhasil mengekspor hasil dari produksinya sendiri, bagaimana dengan potret pendidikan di indonesia??
Hari selasa tanggal 3 mei 2011 KAMMI Al-fath UMS melakukan pembedahan terhadap permasalahan pendidika di indonesia terkhusus di eks-karisedenan surakarta. Yang diisi oleh bpk.Burhanuddin, s.pd salah satu dosen UNS dan sebagai pengajar di SMKN 2 sukoharjo. Berikut ini hasil dari pemaparan beliau :
- Penataan birokrasi yang masih “ amburadul ”.
terpisahnya dikti dan diknas berbeda payung yang menyebabkan adanya ketidaksinkronan antara lulusan hasil pendidikan seperti S1 dengan realita yang dihadapi. Contoh : seorang mahasiswa yang lulus belum tentu bisa mengajar sesuai dengan jurusan yang diambil walaupun mengajar mata pelajaran yang ditekuninya selama kuliah.
- Penataan kurikulum yang masih kurang disetiap jenjang dan masih banyak kurikulum yang kurang efektif dan efisien.
Contoh : siswa SD sudah diberikan mata pelajran PPKN yang didalam mata pelajaran tersebut sudah ada tata sturktur negara padahal untuk mengetahui yang dasar belum tentu siswa SD bisa, mislkan ditanya tentang RT/RW di tempatnya tinggal.
- Belum adanya Penjurusan sejak dini
Penjurusan sejak dini dilakukan guna untuk mengetahui kesenangan atau kesuakaan seorang anak sejak dini, serta untuk mengetahui profesi yang akan ditekuninya dikemudian hari. Dan di indonesia belum terlaksanakan hal tersebut sehingga banyak mahasiswa bingung dengan bakat serta profesi yang akan ditekuninya walaupun sudah ada SMK tapi masih belum optimal.
- Kurang kerjasama dengan lembaga sosial atau lembaga lainnya.
- Lemahnya karakter dan moral pengajar di indonesia
Salah satu problem pendidikan terbesar di indonesia adalah problem moral dan karakter pengajar yang ada disekolah – sekolah. Selalu saja ada alasan untuk memberikan untuk tidak optimal dalam mngajar, seandainya guru swata jika tidak maksimal biasanya beralasan karena gaji kurang dan jika PNS maka sudah dapt gaji maka mengajar dengan asal-asalan. Dan biasanya disebut “ guru mengajar bukan mendidik “
- Banyaknya bantuan pendidikan yang masih tepat sasaran sehingga masih ada masyarakat ekonomi menegah kebawah yang belum bisa menikmati pendidikan padahal dalam UUD 1945 menyebutkan semua warga negara berhak untuk mendaptkan pendidikan.
Pemaparan yang dilakukan oleh Bpk.Burhanuddin sekitar 60 menit yang dihadiri oleh ± 20 orang anggota KAMMI Al-fath UMS. dan dilanjutkan sesi tanya jawab, ada yang bertanya “ sebenarnya orang indonesia tidak terlalu bodoh dibandingkan dengan orang belahan dunia lain, contohnya Habibie. Tapi kenapa kemajuan bangsa indonesia sangat lambat??”.
Jawab pak burhanuddin “ bahwa bangsa indonesia belum bisa mengakomodir potensi besar yang dimilki oleh bangsa ini makanya banyak orang – orang pintar di indonesia lari keluar negeri”.
Kajian tersebut ditutup dengan pemberithuan akan diadakan diskusi lanjutan bersama anggota dewan dengan tema “ membaca arah pendidikan di indonesia pasca penghapusan BHP “