Kalau ada seorang akhwat mengeluh karena tidak ada ikhwan yang membantunya, maka ceritaknlah pada KAMMI Daerah Madiun. Tiada pengurus berjenis ikhwan di sana. Semuanya – 4 orang – adalah akhwat.
Bermula dari sang ketua yang selesai kuliah dan harus pulang kampung halaman, menjadi guru, dilanjutkan kadept kastradnya, yang harus kursus bahasa inggris di Kediri. Karena kuliah inggrisnya mungkin belum ckup bagi dia untuk menjadi guru. Terakhir, ketua baru hasil musdalub mengikuti jejak kedunya, pulang kampong halaman di ngawi, menjadi guru.
Alhasil, pengurus yang tersisa – keempat akhwat itu—lah yang mengurus KAMMI Daerah, yang juga numpang dikontrakkan para akhwat.
Demikan sedikitkah ? tidak adakah kader berkualitas yang mengurus KAMMI ?Ooo, jangan salah. Seorang mantan PP KAMMI—achmad fauzi ichsan—adlah orang madiun.. tiga dari lima orang staff ahli Teritorial V, sekaligus elit KAMMI Daerah Semarang –harsono, Riyono, Suliana—adalah orang madiun pula. Beberapa elit KAMMI Daerah Purwekerto—Suliani dan Irfan—pun orang madiun. Bahkan juga Sugianto, ketua KAMMI Daerah Kalimantan Tengah. Tapi ya itu,mereka adalah orang madiun yang besar di daerah lain. Sehingga di madiun ya tetap saj kurang orang.
Nah, terpaksalah akhwat-akhwat itu yang menyelesaikan semuanya. Salah seorang di antaranya sama sekali tidak pernah ikut KAMMI sewaktu kuliah di malang, tpi sejak lulus kuliah dan pulang ke madiun hingga sekarang, waktunya justru habis untuk KAMMI. Padahal ia selama kuliah (ironisnya) justru tidak pernah ikut DM. ia pulalah yang sekarang mengurus de facto menjadi mas’ul bagi KAMMI Daerah Madiun.
Ya mujahidah itulah yang mengurus semuanya. Mengurus mulai DM-1, DM-2,MK-1,MK-2 demonstrasi,bakti social, hingga kesekretariatan. Harus ia yang hadir saat lokakarya kaderisasi Teritorial V, juga saat Mukernas Surabaya. Juga dipastikan, saat Loknas Kaderisai Banten, ia pulalah yang akan hadir.
Kerena ia juga mengurus sebuah partai islam, maka ia harus berbagi, berbagi dengan kebesaran hati. Karena disana , mengurus KAMMI tidaklah cukup untuk di sebut “ telah berdakwah”. Maka ia menjadi benteng bagi KAMMI saat KAMMI “dipojokkann”, menjadi pelindung bagi kader –kader KAMMI saat mereka “ disalahkan “. Sendirian memeperjuangkan tarbiyah mereka agar diakui, sementara terkadang harus sembnyi – sembunyi ketika harus mendahulukan aktivitas KAMMI.
Sementara itu, saat saya melihat keterbatasan itu, dan kemudian mengusulkan untuk membubarkan saja KAMMI Daerah Madiun, ia berkata : ‘TIDAK’!
Pada merekalah saya mersa malu untuk mundur , dan malu untuk merasa udzur di KAMMI kepada mereka ; mujahidah dari Madiun.
Di ambil dari : MENGAPA AKU MENCINTAI KAMMI karya Imron Rosyadi ( Ketua Umum KAMDA DIY 2001 - 2002 )